Al-Qadhi Abu Ali At-Tanukhi bercerita tentang sahabatnya Labib Al-Abid yang zuhud dan kuat ibadahnya. Labib tinggal di gerbang Syam dari arah barat kota Baghdad.
Labib dahulunya adalah hamba di negera Rom, milik seorang tentara. Labib diajari bermain pedang dan dimerdekakan. Mantan majikannya meninggal dunia, dan pada akhirnya Labib menikahi isteri majikannya untuk menjaganya dengan niat karena Allah semata.
Beberapa lama hidup bersama isterinya, suatu hari seekor ular mematuk tangannya sehingga menjadi lumpuh. Tiba-tiba beberapa lama kemudian, tangan serta kakinya juga ikut lumpuh. Bahkan, matanya menjadi buta dan bisu pun menyerang Labib. Keadaan Labib buruk, hanya telinganya yang masih bisa mendengar.
Terkadang, Labib diberi minum saat tak haus, lalu tak diberi minum saat kehausan, kadang tak diberi makan saat kelaparan. Hal itu karena dia tak bisa berbuat apa-apa kecuali diam.
Isterinya sangat setia menemaninya, hanya saja tak mengerti apa yang dikehendaki Labib. Maka, Labib hanya menyandarkan dirinya kepada Allah, saat saudara dan temannya sudah mencela dan tak peduli padanya, “Ya Allah, ternyata hanya Kau yang memperhatikanku semata dan mengerti apa yang hamba butuhkan. Sembuhkanlah aku ya Allah, aku akan memperbaiki diriku.”
Suatu malam, pukulan keras seolah hampir membuat tubuh Labib binasa. Hingga tengah malam baru reda sakitnya. Namun, keesokan harinya, Labib merasakan tangannya sanggup digerakkan, lalu kakinya juga mencoba berdiri, namun matanya masih sulit melihat dan agak tak jelas. Labib mencoba berjalan dan bibirnya dapat berkata, “Wahai Dzat Yang Maha Kaya kebaikan-Nya! Hanya Milik-Mulah segala puji.”
Labib segera memanggil isterinya, isterinya segera datang dan mengucap syukur atas kesembuhan suaminya.
Labib segera meminta isterinya mengambil gunting. Lalu, Labib memotong kumisnya yang panjang. Isterinya bertanya, “Apa yang kamu lakukan? Bukankah teman-temanmu telah mencelamu?” maksudnya kenapa suaminya hendak menemui orang-orang”
Labib menjawab, “Setelah ini, aku tidak akan melayani seorangpun kecuali Tuhanku semata-mata.” Maka begitulah, Labib menjadi hamba Allah yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk Allah, sehingga doa-doanya sangat mustajab.
Source, Kisah-Kisah Terkabulnya Doa, Muhammad Badarudin
Cool Other Article's:
Not Comments Yet "Doa Kesembuhan dari Lumpuh"
Post a Comment