Dalam kitab Riyadhus Shalihin diceritakan seorang Petani yang hidup di Madinah.
Di Madinah, ada seorang petani yang memiliki kebun kurma, tapi tanahnya kering kerontang. Pohon kurmanya tak subur, maka petani ini khawatir terhadap tanamannya, khawatir tak mencukupi untuk keluarganya. Maka, ia menengadahkan tangannya ke langit dan berdoa kepada Allah agar diturunkan hujan.
Tak berapa lama, awan tampak mulai berkumpul. Sang petani ternsenyum karena merasa doanya dikabulkan. Namun, tiba-tiba terdengar suara dari langit, “Wahai awan, pergilah ke tanah si Fulan!”
Awan itu segera pindah menjauh, si petani heran kenapa hujan tak turun di kebunnya. Dia mengikuti awan itu, hingga sampai di suatu tempat hujan itu turun. Hujan itu turun di perkebunan yang subur, penuh pepohonan dan memiliki air melimpah. Petani itu melihat seorang yang tengah berdoa dan bersyukur karena tanahnya diberi air. Petani itu mendekati dan bertanya nama pada lelaki itu. Lelaki itu bertanya padanya, “Saudara, dari mana anda tahu namaku?”
Petani pertama menjelaskan tentang suara dari langit itu untuk menghujani lahan petani kedua. Maka, petani pertama bertanya, “Amalan apa yang kau lakukan? Ceritakanlah kepada saya.”
Petani kedua menjelaskan, “Setiap kali kebun dan tanah ini memberi hasil, sepertiganya aku berikan kepada Allah, sebagai infakku. Lalu, sepertiganya aku kembalikan kepada tanah ini sebagai tambahan modal, dan sepertiganya aku makan. Itulah amalan yang rutin aku kerjakan selain aku selalu berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan rizki.”
Maka, berdoa sambil bersedekah adalah dua mata uang yang saling melengkapi untuk kita lakukan.
Cool Other Article's:
Not Comments Yet "Hujan Untuk Tanaman"
Post a Comment