(Untuk pembukaan dan doa, anda bisa mencari di buku khotbah atau di internet lainnya)
Sidang Jumat yang dimulyakan Allah.
Bertakwalah kepada Allah, karena takwa adalah sumber kebahagian di dunia dan kunci kesuksesan di akhirat. Takwa adalah amalan yang berdasarkan petunjuk dari Allah, takwa Dilakukan dengan berharap ridha serta ampunan dariNya. Bertakwa dengan meninggalkan perbuatan dosa dengan rasa takut kepada Allah ta’ala akan adzab-Nya.
Agama Islam adalah agama yang agung, satu-satunya agama yang hakiki dari Allah, dan dibangun berasaskan kepada pengagungan pula. Pengagungan terhadap Allah dan terhadap Rasul-Nya ﷺ. Allah ﷻ berfirman,
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi´ar-syi´ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS:Al-Hajj | Ayat: 32).
Jika agama Islam adalah kunci keselamatan, maka tidak ada kata lain selain tunduk pada syariat yang telah ditetapkan Allah. Apabila seseorang telah kehilangan iman, telah kehilangan Tuhannya, maka ia terjatuh ke dalam berbangga diri dan merasa angkuh karena tak membutuhkan Tuhannya. Inilah yang terjadi pada banyak manusia, dimana mereka seolah menggenggam kehidupannya sendiri tanpa merasa ada ketetapan Allah kepadanya, sehingga seolah dia merasa dirinyalah yang dapat menghasilkan segala sesuatu dalam hidupnya.
Jamaah jumat yang berbahagia,
Dengan sadar maupun Tanpa sadar, banyak orang yang perkataannya telah melecehkan Allah, hukum-hukum Allah, menghina Rasullah padahal mereka adalah muslim. Hal ini benar-benar terjadi. Hal ini karena hati-hati mereka telah kehilangan pengagungan terhadap Allah swt. Hati-hati mereka kotor dan hanya terpikat pada indahnya dunia, serta meremehkan penghakiman yang pasti terjadi di akhirat nanti. Hati seperti raja, bila dia baik maka baiklah seluruhnya. Nabi saw. Bersabda,
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jammah jumat yang berbahagia,
Sesungguhnya menghina Allah atau menghina Rasulullah ﷺ atau satu bagian dari syariat hukum Islam saja, adalah perbuatan murtad yang mengeluarkan seseorang dari Islam. Ini adalah tindak kejahatan yang besar dan musibah yang besar pula. Hal ini tidak akan terjadi pada hati seorang yang beriman.
Dengan tindakan penghinaan dan pelecehan ini, menunjukkan akan hilangnya keimanan dari hatinya. Oleh karena itu, dalam surat At-Taubah Allah ﷻ membongkar kejelekan orang-orang munafik, menampakkan jati diri mereka yang sebenarnya, Allah ﷻ berfirman,
“Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)”. Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS:At-Taubah | Ayat: 64-66).
Ini adalah kejahatan yang besar dan bentuk permusuhan yang nyata, manusia yang telah Allah ﷻ berikan kepadanya pendengaran, penglihatan, hati, dan anggota badan lainnya, namun ia berucap dengan lisannya suatu perkataan yang menghina Allah ﷻ. Atau menghina syariat-Nya. Atau menghina Rasul-Nya ﷺ. Atau mengkritik dan membenci sebagian dari syariat-Nya. Apakah yang demikian dikatakan seseorang yang berakal atau bijak?
Maka, berhati-hatilah kita dalam berucap dan bertindak. Jika kita melihat orang lain berbuat baik dan beribadah, maka hati kita harus kita paksa untuk menyukai hal tersebut. Jika ada orang lain bertaubat, maka kita harus ikut senang dan bukan melecehkannya dengan mengatakan bahwa niatnya belum tentu benar. Janganlah kita menghina orang-orang yang beribadah kepada Allah, meskipun kita belum bisa melakukan amal tersebut.
Janganlah kita menghina wanita yang berjilbab, sedangkan melihat wanita yang mengumbar aurat saja kita diam saja. Janganlah kita menghina orang-orang yang mensucikan dirinya kepada Allah, sedangkan kita melihat kemaksiatan diam saja. Sebenarnya kita dipihak siapa? Dipihak Allah atau dipihak setan?
Nabi pernah bersabda
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya.” (HR. Tirmidzi).
Sidang jumat yang dimulyakan Allah,
Perkataan-perkataan buruk yang menghina agama Allah serta hukum-hukumnya terjadi karena banyak umat islam yang mengekor kepada orang yang dihormati disekelilingnya namun tak memiliki ilmu agama: para artis, para pejabat, orang kaya, yang mereka telah rusak hatinya. Maka, kita harus menjadi pendengaran, mata dan hati kita agar terjadi dari keburukan-keburukan.
Ada tiga hal yang harus kita waspadai dari menghina Agama Islam, yang bisa membuat seseorang muslim keluar dari agamanya.
Yang pertama, berlaku syirik secara terang-terangan, menyembah berhala, menyembah sesuatu selain Allah, serta mempercayai sesuatu selain Allah yang dapat menjaga dan memberikan sesuatu kepadanya.
Yang kedua, Melakukan amal-amal perbuatan tanpa disertai ilmu serta tidak mau mempelajari agama Islam. Padahal, dia bekerja mati-matian untuk memuaskan keperluan hidupnya namun untuk ilmu agama dia seolah merasa tidak butuh. Orang seperti ini adalah orang yang akan ditinggalkan oleh Allah di akhirat kelak, karena didunia dia juga tidak membutuhkan Allah swt.
Yang ketiga, mereka adalah orang-orang yang menghina dan melecehkan orang-orang yang beribadah kepada Allah. Setiap ada orang yang ingin dekat dengan Tuhannya, hatinya tidak senang dan selalu menghinanya, sedangkan ketika melihat kemaksiatan dia hanya diam saja dan seolah tidak terganggu.
Semoga Allah menganugerahkan kita taufik untuk menjaga diri kita dan keluarga kita dari pemikiran-pemikiran yang buruk, serta memberikan penerang di hati kita agar selalu menetapi keimanan.
Astaghfirullahaladhim innahu huwal ghafururrahiim.
Khutbah Kedua,
Sidang jumat yang dimulyakan Allah.
Ketika kita sudah tidak ada di dunia, maka pengadilan kita dimulai. Saat itulah, yang kita perlukan hanya pertolongan Allah semata. Allah berfirman
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS:Al-Israa’ | Ayat: 36).
Maka, barangsiapa menyadari hidupnya tak lama, dan dia akan berdiri di hadapan Allah untuk memohon ridhaNya. Maka, sudah sepantasnya kita selalu berusaha dekat kepada Allah ketika memiliki kesempatan di dunia ini. Maka, menjadi wajib bagi kita untuk mementingkan kepentingan akhirat kita dibandingkan dunia ini.
Semoga Allah selalu menuntun langkah kita agar terhindar dari segala keburukan.
Not Comments Yet "Memulyakan Agama Islam, dan Jangan Meruntuhkannya"
Post a Comment