Saya bersama tim, sedang membuat video-video pendek. Tolong, minta saran dan kritik ya untuk naskah yang akan kita garap kali ini. Judulnya Rezeki tak akan Tertukar.
Hari itu, awan mendung ketika sore. Ilyas berjalan seolah memiliki masalah, wajahnya demikian suram. Lalu-lalang orang lewat dan melewatinya sepanjang jalan, namun tak ada yang mengetahui bahkan tak tahu galaunya pikiran Ilyas saat itu.
Ya, wajah Ilyas sangat gelisah, sesekali memutar sedikit kepalanya dan mengusap rambutnya.
Ya Allah…, Ilyas menatap langit sesaat masih tetap berjalan. Matanya sesekali terpejam beberapa detik lamanya. Ilyas berhenti sejenak, diambilnya dompet di dalam saku belakang celananya, membuka dompetnya. Dilihatnya uang masih tersisa Rp 5.000. Wajahnya kembali Nampak sangat muram.
Ya Allah, uang kuliah masih belum terbayarkan, makan sudah tidak punya, tempat kost sudah nunggak 2 bulan. Minta orang tua di kampong tak mungkin, karena orangtuaku tak mampu hingga aku memutuskan nekat kuliah dengan biaya sendiri. Tolonglah hambaMu ya Allah.
Matanya terpejam lagi sejenak, lalu Ilyas meneruskan kembali langkahnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada plastik hitam di pinggir jalan, orang yang lewat tidak begitu peduli dengan isi plastik tersebut. Beda dengan Ilyas yang sudah dua hari hampir tak makan. Ya Allah, semoga ada makanan yang terjatuh dan orang yang punya tidak butuh lagi. Begitu pikir Ilyas.
Tanpa malu, Ilyas mengambil plastik tersebut. Dibukanya plastik tersebut, berharap makanan, ternyata isinya adalah sebuah dompet wanita. Cepat-cepat Ilyas menggenggam dompet tersebut, seolah takut, senang, dan cemas bercampur jadi satu. Disembunyikannya dengan rapi di genggaman tangannya, melenggang seolah tak ingin ada yang melihat hal tersebut.
* * *
Di kamar kost Ilyas, sempit dan kecil. Tak ada apa-apa, hanya buku yang begitu banyak tertata rapi di meja kecil satu-satunya yang berada di kamar tersebut. Kasurnya hanya satu dan itupun sangat sederhana dan lusuh karena bekas dari kakak kelasnya yang sudah lulus dan memberikannya kepadanya.
Ilyas terduduk bersandarkan tembok, matanya tajam menatap plastik hitam itu, matanya tak bisa lepas dari plastik tersebut. Perasaannya bercampur aduk, tak karuan, bercampur semua rasa yang susah tergambarkan. Tangannya gemetar hendak membuka isi plastik dan membuka dompet tersebut, sudah seharian dia hanya terduduk di sana, perasaannya antara bahagia dan takut kepada Tuhannya.
Ini pasti rezeki dariMu kan Tuhan?
Akhirnya Ilyas tak peduli lagi, perutnya berbunyi lagi karena lapar. Dia membuka plastik dan mengambil dompet tersebut. Membuka dompet itu antusias, isinya uang ratusan ribu rupiah dalam beberapa lembar.
“Subhanallah!” Ilyas sangat kaget, benar-benar gemetar seluruh tubuhnya, uang sebegitu banyak dalam khayalan Ilyas. Tak pernah dia memegang uang demikian banyak, Ilyas antusias menghitung uang tersebut, ada Rp 8 juta rupiah totalnya, beserta kartu-kartu tanda pengenal, dan pemiliknya adalah seorang wanita berjilbab.
ILyas tersenyum kecil, “Dengan ini aku tak perlu lagi bingung mengurus biaya kuliah dan biaya sehari-hari lagi, sisanya bisa untuk membuka usaha bisnis.” Ilyas mengkipas-kipaskan uang itu ke tangan kirinya.
Ini memang rezeki dari langit, masalah pemilik bisa kita poskan saja isi dompet dan kartu-kartu pengenalnya. Anggap saja, aku mengambil upahku karena menemukan dompetnya. Tentu, aku lebih membutuhkan uang ini daripada wanita itu. Pikiran jahat menggoda Ilyas, Ilyas pun tersenyum-senyum.
Ilyas berniat pergi ke warung makan, dia mengambil selembar uang dan memasukkannya ke dalam kantong. Dia pergi ke warung Ustadz Rohman, warung nasi kesukaannya. Ustadz Rohman terkenal baik, kadang selalu memberikan nasi yang lebih banyak dari lainnya, dan harganya pun sangat terjangkau.
“Assalamu’alaikum Ustadz”
Rohman masih membungkus nasi pesanan orang lain, “Wa’alaikumsalam warrahmatullah, eh kamu Yas, mau pesan makan?”
“Iya Ustadz, pakai ayam panggang satu bungkus Tadz, di bungkus seperti biasa,” Ilyas tersenyum.
“Wah, pasti habis dapat rezeki banyak nih. Biasanya makan pakai tempe atau telur,” Ustadz Rohman sambil tersenyum.
“Alhamdulillah Ustadz, rezeki memang tidak diduga-duga. Allah kan Maha Pemurah Tadz.”
“Iya, begitulah Allah. Yang penting uangnya halal, insyaallah barokah,” Ustadz Rohman sambil membungkus nasi, tak tahu kalau mimik muka Ilyas berubah agak cemas.
“Jadi pemuda itu, harus rajin ikhtiar, rajin bekerja. Nabi saw pernah bersabda, rezeki itu ada tiga; apa yang kita makan sampai habis, apa yang kita pakai sampai rusak, dan apa yang kita sedekahkan di jalan Allah. Itu baru rezeki yang sebenarnya. Simple kan?”
“Mak…, maksud Ustadz. Rezeki itu hanya tiga itu dalam pandangan Allah?”
“Iya, simple kan? Tidak perlu mewah-mewah, tidak perlu nunggu uang banyak untuk bersedekah, kebaikan harus selalu dilakukan. Karena, harta itu sulit mempertanggung-jawabkannya di akhirat, orang yang banyak uang malah ditanya sangat lama di akhirat ketika di hisab. Apalagi sampai hartanya dari sesuatu yang shubhat. Bahaya itu!” Ustadz Rohman masih membungkus nasi tak melihat bahwa Ilyas ketakutan dan lari dari sana.
Ustadz Rohman mendongak, “Lho, Yas! Mau kemana, jadi tidak pesan ayam panggangnya? Kelamaan ya?”
Ilyas tak menjawab, “Ya sudahlah, rezeki memang tak akan kemana, mungkin si Ilyas sudah lapar jadi dia pindah ke warung lain.”
* * *
Ilyas berjalan bagai orang linglung, perutnya berbunyi lagi, orang lalu lalang tak peduli dengan pikirannya yang gelisah. Dua hari sudah sore ini, dia tak makan. Hamper-hampir jatuh ketika kakinya tersandung akar pohon besar di pinggir jalan.
Aku tak mau mati karena menyimpan harta yang bukan milikku, aku harus mengembalikan uang itu, meskipun harus mati lebih baik mati dalam keimanan.
* * *
Ilyas berdoa sesudah shalat malamnya, masih di atas sajadah di pojok kamar kostnya. "Kau tahu ya Allah, hambaMu butuh pertolonganMu. Laailahaila anta subhanaka inni kuntu minadzalimiin." Ilyas menutup doanya dan memegang dompet berisi uang sambil mengangguk mantap untuk mengembalikannya.
* * *
Keesokan harinya, Ilyas sampai di depan sebuah rumah yang besar. Agak ragu kakinya melangkah, melihat alamat di dalam dompet yang dipegangnya. Tidak salah, itu adalah rumah pemilik dompet yang ditemukannya.
Ilyas mengucapkan salam.
“Wa’alaikumsalam warrahmatullah,” seorang wanita berjilbab rapi keluar dari pintu, wajahnya persis yang ada di foto dalam dompet.
“Ada Perlu apa ya?”
“Ini mbak Dinda ya?”
Wanita itu agak mengerutkan dahinya, “Iya mas, ada perlu apa sama saya.”
“Dompet mbak hilang ya? Maaf ini dompet anda kan?” Ilyas menghulurkan dompet di tangan kanannya.
* * *
“OOo… jadi begitu ceritanya,” lelaki itu duduk sambil memperhatikan Ilyas, dia adalah ayahnya Dinda.
Mereka bertiga duduk di sofa kamar tamu. Ilyas menganggukkan kepalanya.
“Sebenarnya, uang itu untuk pembayaran semesteran anak saya, si Dinda ini, dia ambil kuliah di kebidanan. Karena hilang, ya kami langsung menggantinya lagi. Alhamdulillah, ternyata adik ini masih mau mengembalikan uang itu dengan utuh.”
“Kamu masih kuliah juga ya? Ambil jurusan apa”
“Iya pak, masih semester 5, ambil manajemen. Oya Pak, boleh saya minta bantuannya?”
Pak Firman, “Ya, kalau saya bisa membantu pasti akan saya bantu.”
“Bapak bisa mencarikan saya pekerjaan? Saya sedang butuh pekerjaan.”
“Krutuuuukk” tiba-tiba perut Ilyas berbunyi agak keras.
Pak Firman tersenyum, “Masalah pekerjaan nanti saya bantu, sekarang ayo makan dulu, saya juga belum makan. Temani saya, ayo!”
Mereka bertiga masuk di dalam,
Ending…., Ilyas tersenyum menatap langit…. Tuhan Maha Adil selama kita tak mengambil sesuatu yang bukan hak kita.
Harrah's Las Vegas - MapYRO
ReplyDeleteHarrah's 경기도 출장마사지 Las Vegas Casino & Hotel is located 순천 출장샵 in Las Vegas, 충청북도 출장안마 NV. The casino features 5 restaurants, a full-service 부산광역 출장샵 spa, 속초 출장마사지 and a seasonal outdoor pool. Rating: 8.6/10 · 5,435 reviews