Sunday, 7 June 2020

Dahsyat! Doa Ahli Ibadah Agar Tubuhnya Memenuhi Seluruh Tempat di Neraka

Diriwayatkan bahwa di zaman Nabi Musa as, terdapat dari kaumnya salah seorang yang telah berumur 500 tahun, dia juga telah beribadah selama 350 tahun tanpa pernah melakukan dosa.
Dahsyat! Doa Ahli Ibadah Agar Tubuhnya Memenuhi Seluruh Tempat di Neraka

Suatu hari, Nabi Musa as sedang berjalan-jalan melihat keadaan ummatnya. Nabi Musa as melihat seseorang yang sedang beribadah. Lelaki itu adalah yang kami sebutkan di atas, yang sudah 350 tahun beribadah tanpa pernah melakukan dosa. Nabi Musa as kemudian menyapa dan mendekatinya untuk saling berdialog.

Setelah berbicara agak lama, ahli ibadah itu bertanya kepada Nabi Musa as, “Wahai Nabi Allah, aku telah beribadah kepada Allah swt selama 350 tahun tanpa melakukan perbuatan dosa. Di manakah Allah Ta’ala akan meletakkanku di surga-Nya? Tolong sampaikan pertanyaanku ini kepada Allah.” Tanya ahli ibadah itu dengan sedikit ada kesombongan di hatinya.
Dahsyat! Doa Ahli Ibadah Agar Tubuhnya Memenuhi Seluruh Tempat di Neraka

Nabi Musa as mengabulkan permintaan orang tersebut, lalu bermunajat kepada Allah agar Allah Ta’ala memberitahukan kepadanya di mana ummatnya ini (ahli ibadah) akan ditempatkan di akhirat kelak. Allah swt berfirman, “Wahai Musa, sampaikanlah kepadanya bahwa Aku akan meletakkannya di dasar neraka-Ku yang paling dalam.”

Nabi Musa kemudian menyampaikan hal itu kepada ahli ibadah. Maka, ahli ibadah itu terkejut. Dengan sedih, ia beranjak dari hadapan Nabi Musa as. Malam harinya ia terus berpikir mengenai keadaan dirinya. Ia mulai berpikir bagaimana keadaan saudara-saudaranya, temannya, orang lain yang baru beribadah 200 tahun, 300 tahun, dan mereka belum beribadah sebanyak dirinya, dimana lagi tempat mereka jika dirinya di dasar neraka?

Keesokan harinya, ia berjumpa Nabi Musa as kembali. Ia kemudian berkata kepada Nabinya, “Wahai Musa as, aku rela Allah Ta’ala memasukkan aku ke dalam nerakaNya, akan tetapi aku meminta satu permohonan. Aku mohon agar setelah tubuhku ini dimasukkan ke dalam Neraka maka jadikanlah tubuhku ini olehNya sebesar-besarnya sehingga seluruh pintu Neraka tertutup oleh tubuhku jadi tidak akan ada seorang pun akan masuk ke dalamnya.”
Dahsyat! Doa Ahli Ibadah Agar Tubuhnya Memenuhi Seluruh Tempat di Neraka

Nabi Musa as menyampaikan permohonan orang itu kepada Allah swt. Setelah mendengar apa yang disampaikan oleh Nabi Musa as, maka Allah Ta’ala berfirman, “Wahai Musa, sampaikanlah kepada ummatmu itu (ahli ibadah) bahwa sekarang Aku akan menempatkannya di surgaKu yang paling tinggi.”

Masyaallah, kerendahan hati adalah kunci surga dan menghilangkan kesombongan dalam hati adalah sebuah keutamaan.

Saturday, 2 May 2020

Tata Cara Rukuk dalam Shalat dan Bacaannya

Tata Cara Rukuk dalam Shalat dan Bacaannya
Gerakan rukuk adalah gerakan setelah takbir dari berdiri, yaitu dengan membungkukkan tubuh dengan kedua tangan berpegang pada kedua lutut. Kita disunnahkan menyejajarkan kepala dengan (maaf) bokong, bertumpu dengan kedua tangan di atas kedua lutut, menjauhkan kedua tangannya dari kedua lambung karena terlihat seperti orang malas ketika merekatkan tangan ke badan. Membentangkan jari-jari tangan di atas lutut dan sebagian betis, serta meluruskan punggungnya.

Diriwayatkan bahwa Uqbah bin ‘Amir melakukan rukuk, ia menjauhkan kedua tangannya (dari kedua lambungnya), memegang kedua lututnya dengan kedua tangannya, dan membentangkan jari-jari tangannya di atas lutut, lalu ia berkata, “Beginilah aku melihat Rasulullah saw. mengerjakan shalat.” (HR. Abu Dawud).

Abu Humaid juga meriwayatkan bahwa apabila nabi saw. melakukan rukuk, beliau tidak (terlalu) menundukkan kepalanya ke arah bawah, juga tidak mengangkat kepalanya ke atas (tetapi wajah dan kepala lurus menghadap tempat sujud). Beliau meletakkan kedua (telapak) tangannya di atas kedua lututnya dan memegang kedua lututnya itu dengan kedua telapak tangannya.” (HR. Nasa’i dan Tirmidzi).

Tentang membaca dzikir di dalam rukuk, kita disunnahkan membaca dzikir dengan lafadz subhaana rabbiyal ‘adzhim. ‘Uqbah bin ‘Amir berkata, “Ketika Allah menurunkan ayat fa sabbih bismirabbikal ‘adzim (bertasbihlah dengan menyucikan nama Tuhanmu yang mahaagung), Rasulullah saw. bersabda kepada kami, “Ij’aluu haa fii rukuu ‘ikum” artinya, ‘Amalkanlah ayat ini dalam rukuk kalian.’ (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Hudzaifah berkata, “Aku mengerjakan shalat dengan bermakmum kepada Rasulullah saw. di dalam rukuknya, beliau mengucapkan subhaana rabbiyal ‘adzhim.” (HR. Muslim). Lafadz rukuk yang berbunyi, “subhaana rabbiyal ‘adzhim wa bi hamdih” telah diriwayatkan melalui banyak jalur yang semuanya adalah dha’if (lemah). Akan tetapi, Syaukani mengatakan bahwa beberapa jalur itu saling menguatkan.

Kita sah (dibolehkan) dalam rukuk membaca tasbih. Kita juga dibolehkan menambahkan bacaaan tasbih dengan dzikir-dzikir berikut ini, sebagaimana juga pernah dilakukan Nabi saw.;
Ali meriwayatkan bahwa ketika Nabi saw. rukuk, beliau mengucapkan, “Allahumma laka raka’tu, wa bika aamantu, wa laka aslamtu. Anta rabbi, khasyi’a sam’i wa bashari wa mukhkhi wa ‘azhmi qadami lillahi rabbil ‘alamin (Ya Allah, hanya untuk-Mu aku rukuk, hanya kepada-Mu aku beriman, dan hanya kepada-Mu aku berserah diri. Telingaku, mataku, otakku, tulangku, uratku, dan semua bagianku yang bertumpu pada kakiku tunduk kepada Allah, tuhan semesta alam). (HR. Muslim).

Aisyah ra. Meriwayatkan ketika rukuk dan sujud, Rasulullah saw mengucapkan, “Subbuuhun qudduusun, rabbul malaa ikati war ruuh (Engkau [ya Allah], Mahasuci. Engkau adalah Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril).” (HR. Muslim dan Ahmad).

‘Auf bin Malik al-Asyja’i berkata, “Pada suatu malam, aku mengerjakan shalat bersama Nabi saw. Beliau membaca surah al-Baqarah.” (di akhir hadits ini) ia berkata, “Dalam rukuknya, beliau mengucapkan, “Subhaa na dzil jabaruu ti, wal malakuu ti, wal kibriyaa i, wal ‘azhamati (Mahasuci Allah yang memiliki segala kekuasaan, segala kerajaan, segala kebesaran, dan segala keagungan).” (HR. Abu Dawud, Nasa’i).

Aisyah ra. Berkata, “Dalam rukuk dan sujudnya, Rasulullah saw. sering mengucapkan, “Subhaa nakallaa humma rabbanaa wa bihamdi kallaahummagh firlii (Mahasuci Engkau, ya Allah Tuhan kami, kami memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah dosaku).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Meletakkan Tangan setelah Takbiratul Ihram, Di dada atau di Pusar yang Benar?


Meletakkan Tangan setelah Takbiratul Ihram, Di dada atau di Pusar yang Benar?
Ketika melakukan shalat kita disunnahkan meletakkan tangan yang kanan di atas tangan yang kiri. Ada dua puluh hadits yang menjelaskan tentang hal ini yang diriwayatkan oleh delapan belas orang sahabat dan dua tabi’in dari nabi saw. Sahal bin Sa’ad berkata, “Kaum muslimin diperintahkan (oleh Nabi saw.) agar meletakkan tangan kanannya di atas lengan kirinya di dalam shalat.”

Jabir berkata, “Rasulullah saw. lewat di hadapan seseorang yang sedang mengerjakan shalat. Orang itu meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya. Rasulullah saw. lalu mengubah posisi tangan orang itu; beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya.” (HR. Daruquthni).

Meletakkan Tangan setelah Takbiratul Ihram, Di dada atau di Pusar yang Benar?
Rasulullah saw. juga bersabda, “Kami, para nabi, diperintahkan untuk menyegerakan berbuka puasa, mengakhirkan sahur, dan meletakkan tangan kanan kami di atas tangan kiri ketika mengerjakan shalat.” (HR. Daruquthni).

Ibnu Abdul Barr berkata, “Tidak ada perselisihan dalam hal (meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri) ini. Ini adalah pendapat mayoritas sahabat dan tabi’in. Pendapat ini juga disebutkan oleh Imam Malik dalam Muwaththa’. (dalam shalatnya) Malik senantiasa meletak-kan tangan kanan di atas tangan kiri hingga ia bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla.
Lalu, dimana meletakkan kedua tangan tersebut? Mengingat banyak orang yang meletakkannya di pusar, di pinggang atau di dadanya.

Kamal ibnu Hammam berkata, “Tidak ada hadits shahih harus kita amalkan  yang menjelaskan bahwa hendaknya kita meletakkan kedua tangan di bawah dada atau di bawah pusar. Pendapat yang telah dikenal dari kalangan penganut madzhab Hanafi adalah meletakkan kedua tangan di bawah pusar, sedangkan menurut penganur madzhab Syafi’i adalah meletakkannya di bawah dada.

Ada dua pendapat yang diriwayatkan dari Imam Ahmad; yang pertama senada penganut madzhab Hanafi, sedangkan yang kedua senada dengan pendapat penganut madzhab Syafi’i. Dan setelah dilakukan penelitian (di-tahqiq), jelaslah bahwa keduanya sama-sama benar.
Meletakkan Tangan setelah Takbiratul Ihram, Di dada atau di Pusar yang Benar?

Tirmidzi berkata, “Sesungguhnya, ulama dari kalangan sahabat Nabi saw., tabi’in, dan ulama setelah mereka berpendapat bahwa hendaknya seseorang meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya di dalam shalat (hal ini yang diwajibkan). Sebagian mereka berpendapat bahwa hendaknya ia meletakkan kedua tangannya di atas pusar. Sebagian yang lain berpendapat bahwa hendaknya ia meletakkannya di bawah pusar. Dalam hal ini, mereka bersifat fleksibel.”

Ada beberapa riwayat yang lain menjelaskan Rasulullah saw., meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya berada di atas dadanya. Hulb ath-Tha’i berkata, “Aku melihat Nabi saw. meletakkan tangan kanannya di atas (pergelangan) tangan kirinya, di atas dadanya.” (HR. Tirmidzi). Wa’il bin Hajar berkata, “Aku mengerjakan shalat bersama nabi saw.; beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, di atas dadanya.” (HR. Ibnu Khuzaimah).

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i dengan redaksi, “Beliau kemudian meletakkan tangan kanannya di bagian atas telapak tangan kirinya, (pernah juga) di atas pergelangan tangan kirinya, (pernah juga) di atas lengan kirinya.”

Pendapat terakhir inilah yang memiliki landasan paling kuat, yaitu di atas dadanya. Batasan dada adalah di bawah leher, hingga di atas bagian pusar. Maka, kita disunnahkan melakukannya saat shalat, tidak berlebihan dan tidak memudahkan. Karena, kadang ada yang melakukannya di lehernya sehingga serasa menyulitkan napas. Ibadah sesungguhnya memiliki inti memudahkan kehidupan hamba Allah, dan bukan menyulitkannya. Wallahua’lam bishawab.

Tuesday, 28 April 2020

3 Perkara agar Dicintai Allah dan 3 Perkara Lainnya yang Paling Dibenci Allah dari HambaNYA



Khutbah pertama,
Segala puji hanya milik Allah yang telah menurunkan kitab-Nya sebagai petunjuk bagi manusia. Dan yang mengutus Rasul-Nya sebagai Rasul atas mereka. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, keluarganya, para sahabatnya, dan yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah ﷻ dengan cara menjalankan perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Juga dengan mengimani semua berita dan kisah yang disebutkan di dalam Alquran.

Pada kesempatan kalia ini, kami akan sampaikan sebuah hadits Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya:




“Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal dan membenci tiga hal bagi kalian. Dia meridhai kalian untuk menyembah-Nya, dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, serta berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah dan tidak berpecah belah. Dia pun membenci tiga hal bagi kalian, menceritakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya, dan membuang-buang harta.” (HR. Muslim no. 1715)

Kaum muslimin rahimakumullah,
Dalam hadits ini terdapat beberapa pelajaran berharga yang harus kita perhatikan.
Pelajaran pertama: kita wajib mentauhidkan Allah ﷻ dalam beribadah. Tauhid merupakan pondasi agama Islam. Tidak akan tegak agama ini kecuali dengan tauhid. Tauhid merupakan kewajiban yang pertama yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Pelajaran kedua: kewajiban menjauhi syirik. Yaitu menyekutukan Allah ﷻ dalam beribadah kepada-Nya. Syirik merupakan bentuk kezhaliman yang paling besar serta pelanggaran terhadap hak Allah ﷻ.

Allah ﷻ berfirman,

 Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS:Luqman | Ayat: 13).

Allah ﷻ mengancam orang yang melakukan perbuatan syirik dengan ancaman yang membuat merinding orang yang beriman karena takut. Yaitu, dosa syirik tidak akan diampuni dan kekal di dalam neraka.

Pelajaran ketiga: kita wajib berpegang teguh dengan tali Allah, dan tidak boleh berpecah belah.
Allah ﷻ berfirman,

  “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS:Ali Imran | Ayat: 103).

Dalam ayat ini, Allah ﷻ memerintahkan kita agar berpegang teguh dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah ﷺ. Dan Dia melarang kita dari perpecahan. Terlebih di zaman fitnah banyak tersebar yang menggiring manusia menuju jalan yang salah. Maka, tidak ada jalan lain untuk terhindar dari fitnah-fitnah tersebut kecuali dengan berpegang pada Alquran dan Sunnah Rasulullah ﷺ sesuai dengan pemahaman ahlus sunnah wal jamaah. Rasulullah ﷺ bersabda, yang artinya

 Barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.” (HR. at-Tirmidzi).

Inilah tiga hal yang apabila kita melaksanakannya, Allah ﷻ akan ridha kepada kita.



Khutbah Kedua:

Kaum muslimin rahimakumullah,
Kemudian, tiga hal yang dibenci oleh Allah ﷻ yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas adalah:

Pertama: menyebarkan berita yang tidak jelas kebenarannya.
Karena hal tersebut hanya akan menimbulkan fitnah dan permusuhan. Sehingga Allah ﷻ melarang hal ini, dan memerintahkan kita agar melakukan tabayyun (mengecek kebenarannya), apabila kita mendengar sebuah berita. Allah ﷻ berfirman,

 “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS:Al-Hujuraat | Ayat: 6).

Bahkan Rasulullah ﷺ mengancam orang yang suka memberitakan setiap apa yang ia dengar, dengan memberikan predikat pembohong. Rasulullah ﷺ bersabda, yang artinya “Cukuplah seseorang dikatakan berdusta bila menceritakan segala hal yang ia dengar.” (HR. Muslim).

Kedua: banyak bertanya tentang sesuatu yang tidak perlu.

Perbuatan ini merupakan sebab hancurnya umat-umat terdahulu. Rasulullah ﷺ bersabda,
 “Apa saja yang aku larang terhadap kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya apa yang membinasakan umat sebelum kalian hanyalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi Nabi-nabi mereka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Oleh sebab itu, para sahabat mengatakan, “Kami dan kami taat terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya”. Dan begitulah seharusnya sikap seorang mukmin terhadap perintah Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ketiga: yaitu yang dibenci oleh Allah adalah menghambur-hamburkan harta pada suatu yang tidak bermanfaat.
Harta merupakan amanah dari Allah ﷻ yang akan ditanyakan pada hari kiamat. Rasulullah ﷺ bersabda,

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi).

Maka seorang muslim hendaknya menggunakan hartanya untuk suatu hal yang bernilai ibadah di sisi Allah ﷻ. Itulah tiga hal yang dicintai Allah dan tiga hal yang dibenci-Nya.
Kebenaran datang dari Allah ﷻ, kesalahn dari kami dan dari setan. Dan Allah ﷻ berlepas diri dari kesalahan tersebut.

Semoga Allah senantiasa melindungi dan menjaga kita, serta menjauhkan kita dari dosa-dosa yang akan membuat kita sengsara di dunia dan di akhirat. Semoga Allah memberikan kita petunjuk sehingga kita bisa mendapatkan gelar ketakwaan yang diinginkan setiap muslim. Amin ya Rabbal’alamin.